Rabu, 09 November 2011

lintas kabut, sutra putih

Sejuta kabut turun perlahan
Merayap di jemari jalanan
Meratap, melolong lalu menjauh
Menggoreskan kesan ngeri di hati
Lalu kusibak tirai hatiku
Kubuka lebar-lebar pintu jiwaku
Kuterjuni kabut yang di kakiku
Berbekal matahari
yang bernyala
yang membara
(Iwan Abdurahman, sejuta kabut )
butiran2 halus uap air yang membentuk hamparan kabut putih seolah mengepung kita dari segala penjuru, pandangan di depan pun tak jelas, sinar mentari pun tak tampak, tapi kita harus tetap berjalan ke depan. Melintasi jalanan berkabut tebal kita seperti sedang menyusuri lorong panjang berdinding putih. Suasana sunyi senyap menyergap, kabut putih tebal seolah mendekap mesra, begitulah pengalaman saat kita menempuh perjalanan di suatu daerah yg tertutup kabut tebal. Waktu muda dulu sering melakukan perjalanan ke alam terbuka di pegunungan sekitar Bandung, saya sering mengalami hal yang mengesankan tersebut.
Naik kendaraan melintasi jalanan berkabut cukup mendebarkan juga. Saat dulu pulang kampuang ke ranah minang, dataran tingginya yg berbukit2, penuh kabut juga di musim hujan. Dalam perjalanan menuju kota padang dari arah selatan  ( solok)  kita akan melewati  jalan berkelok di pegunungan, jalur jalan yg terkenal dg nama jalur Sitinjau laut, karena dari jalanan menyusuri pebukitan tsb, saat udara cerah kita bisa melihat lautan di seberang sana. Jalanan berkelok ini berada diantara dinding bukit disebelah  kanan dan jurang di kiri jalan, alam yg indah namun sungguh mengerikan saat melewatinya. Dulu saya melewati jalan tersebut saat cuaca berkabut tebal, saya hanya bisa berdoa saja kalau lewat jalan tsb, karena memang banyak terjadi kecelakaan di jalur jalan tsb. Alhamdulillah supir bis yg sudah mengenal jalanan tersebut, bisa melewatinya dengan selamat. Jalur lintas sumatera lain nya yg pernah saya lewati saat berkabut dan mendebarkan juga melewatinya ialah jalur kelok Sembilan di jalur jalan antara sumatera barat dan Riau, saat berjalan dari bukittinggi ke pekanbaru. Jalur dengan kelokan tajam menyusuri bukit dan lembah, dihitung2 ada 9 buah kelokannya, sehingga dinamai jalan kelok Sembilan.
Waktu bepergian ke daerah jawa tengah,pengalaman melintasi jalanan dataran tinggi yg penuh kabut lain nya, ialah saat melewati jalur dari kota wonosobo menuju dataran tinggi dieng, jalannya berkelok mendaki tertutup kabut tebal lagi, sungguh hanya supir2 yg pengalaman bisa membawa kendaraan melintasinya, saya hanya berdebar2 saja melewatinya. Sampai di dieng jam 10 pagi, kabut masih tebal, matahari pun tak tampak, seperti masih subuh saja.
Pengalaman berjalan melintas kabut lain nya, ialah saat menempuh perjalanan dari Pangalengan, Bandung selatan mendaki  jalan berkelok ke gunung wayang windu melewati kebun teh kertamanah dan Malabar. Saat pagi hari musim penghujan, alam pun penuh kabut tebal, kebun teh, bagai hamparan putih saja, kendaraan pun berjalan perlahan menapaki jalan berkelok yg tertutup kabut tebal tersebut karena jarak pandang pun terbatas.  Semua ruas jalan tersebut adalah ruas jalan yg sebenarnya indah pemandangan alam nya, namun cukup berbahaya kalau ditempuh dalam kondisi berkabut, kita harus berhati hati melaluinya.
Sampai pula pengembaraan saya ke negeri gurun pasir abu dhabi, menakjubkan sekali ternyata saya mengalami juga perjalanan melintas kabut. Ternyata tak selamanya gurun pasir itu panas, ada juga dingin nya, sampai berkabut tebal udaranya. Antara bulan November sampai februari, gurun pasir jazirah Arab mengalami musim dingin, suhu antara 15-25 derajat, pada saat2 tertentu turun pula kabut tebal. Dan kabut di hamparan gurun pasir yg datar, lebih tebal dan lama waktunya dibanding kabut di daerah pegunungan yg berbukit2, yang biasanya kalau kita sampai di balik bukit/gunung cuaca akan berubah terang.
Melewati jalan berkabut, kita seperti memasuki lorong panjang berdinding kabut putih, seorang teman yg pernah mengalami mati suri, koma selama beberapa waktu lamanya, pernah bercerita pengalaman nya. Saat mati suri tsb, ia bercerita, seperti sedang berjalan melintasi lorong panjang yg berdinding putih seperti kabut. di dinding nya tampak bayangan gambar2 saat ia masa kecil yg ceria sampai masa dewasanya, bagai melewati lorong waktu. Di ujung lorong tampak sinar putih kilau bercahaya, namun ia tak sampai ke ujung lorong tersebut, karena telah terbangunkan oleh sorot lampu di atas tempat rumah sakit dimana ia dirawat. Saat terbangun kembali dari keadaan tsb, ia merasa bersyukur sekali masih hidup di dunia ini. Hal tsb memberi kesadaran padanya bahwa hidup ini adalah anugrah dan berusaha untuk menggunakan nya sebaik mungkin
Kembali ke cerita jalanan berkabut tadi, beberapa waktu yg lalu, masih di musim dingin ini, saya berkendaraan  menuju Abu dhabi, melintasi jalanan gurun pasir di pagi hari, awal berangkat dekat rumah cuaca walau masih dingin, tapi pemandangan cukup jelas, saat sudah sampai di pertengahan jalan raya di area gurun pasir, ternyata jalanan tertutup kabut tebal, jarak pandang ke depan sekitar 5-10 meter saja. Saya lihat banyak kendaraan lain yg memilih untuk berhenti di pinggir jalan menunggu kabut reda. Sebenarnya  kondisi jalan seperti ini sungguh berbahaya, banyak kecelakaan terjadi karenanya. Saya ambil keputusan untuk terus berjalan saja dengan kecepatan rendah dengan harapan, mudah2an kabutnya cepat reda, karena hari sudah mulai siang sekitar jam 9, walau sinar mentari masih tak terlihat jelas. Saya coba mengingat2 lagi trick aman menyetir di tengah kabut dari supir2 yg pernah saya naiki dulu waktu melintasi jalan berkabut di Indonesia.  Ternyata kabut tebal cukup lama juga, hampir sekitar 40 km jauhnya saya berjalan dg kecepatan lambat sekitar  50 km/jam. Rumusnya sederhana saja,  hati2, jalan lambat, hidupkan lampu kabut dan ikuti rambu serta garis jalan, perhatikan  kendaraan di depan/belakang.  Alhamdulillah akhirnya sinar mentari pagi menghangatkan kabut pagi yg mereda karenanya, langit pun jadi terang dan pemandangan jalan jadi jelas.
Sambil jalan saya merenunginya, bahwa perjalanan melintasi kabut ini, adalah juga analogi dari perjalanan hidup manusia di dunia ini. Kabut di depan kita, adalah bagaikan masa depan, kita tak tahu pasti masa depan kita, walau tampak remang2 kita bisa membayangkan nya, dan sedikit demi sedikit dengan berjalan nya waktu masa depan akan tampak jelas pula.
Saat menempuh perjalanan hidup ini, manusia dibekali dg petunjuk jalan dan juga sinar penerang        ( baca:  agama, petunjuk ) , bagaikan rambu jalan dan sinar lampu. Kalau kita mengikuti jalan lurus  insya Allah akan selamat menempuh perjalanan hidup ini, kalau sembrono semaunya, jalan ngebut tak mengikuti petunjuk jalan, kemungkinan besar kita akan celaka, jalan menyimpang walau sedikit, di jalanan berkelok di pegunungan, bisa masuk jurang karenanya.
Dulu pernah ngobrol2 dg teman yg bisa dikata cukup mengerti  agama, tahu hal yg benar dan salah. Ia bilang ke saya, “ndra, kalau hidup ini lurus2 sajah, nggak seru ah, nggak apa kan, belok2 dikit mah, , nanti juga balik lagi ke jalan lurus ( tobat), kan dimaafkan juga”, katanya , maksudnya buat dosa2 dikit nggak apa lah, nanti juga kan tobat lagi..?.  Susah juga untuk menjelaskan nya dulu, setelah memahami hikmah dibalik jalanan berkabut ini, kalau ketemu lagi saya bisa bilang padanya  ( mudah2an sempat baca juga tulisan ini ). Analogi jalan kehidupan dengan jalanan yg berkabut, saat berjalan, apalagi melintasi jalanan berkabut, salah2 dikit bawa setir mobil, bisa melenceng jauh dan membawa celaka. Begitulah orang jarang sadar, bahwa dosa2 besar dimulai dg dosa2 kecil yg dianggap biasa, ini adalah sebuah trick jitu dari setan, menggoda manusia, semoga kita dilindungi dari hal tersebut.
Akal adalah anugerah yg diberikan pada manusia, antara lain digunakan untuk kita berhitung, berencana dalam menapaki jalan hidup ini, masa depan adalah seperti kabut tebal dalam perjalanan, walau kita bisa membayangkan nya, tapi kita tak bisa tahu pasti apa yg akan terjadi di masa depan, berjalan dengan berhati2 akan membawa keselamatan.
Hanya orang yg berhasil melintasi kabut malam, akan bisa merasakan nikmatnya belaian hangat mentari pagi.   Source: hendra messa

0 komentar:

Posting Komentar