Minggu, 06 November 2011

gold vs capitalism & chaos theory

Dalam ilmu matematika teori, ada sebuah teori yg menjelaskan tentang keterkaitan gejala2 alam, betapa gejala2 alam yg berjauhan tapi ternyata berhubungan, seperti kondisi iklim cuaca, dimana gejala di suatu tempat ternyata memberikan dampak di tempat yg berjauhan, dikenal dg nama Chaos teory  ( teori kekacauan ), sering secara sederhana dijelaskan dalam butterfly effect yg menjelaskan ttg keterkaitan kondisi iklim cuaca, dimana  kepakan sayap kupu2 di lembah Anai Bukittinggi, bisa menimbulkan badai pasir di gurun pasir empty quarter Abu dhabi, susah dimengerti dan seperti berlebih lebihan, tapi ternyata bisa terjadi.
Teori tersebut mungkin bisa sedikit menjelaskan mengenai krisis financial dunia yg pernah terjadi tahun 1997 dan 2008, serta ada kemungkinan akan terjadi lagi tahun 2011. Tahun 2008, terjadi krisis hutang di dunia financial Amerika, ternyata memberikan dampak berantai pada bisnis financial di seluruh dunia. Tahun 2011 ini nampaknya hal tersebut akan terjadi lagi, karena tingkat hutang negara Amerika yg tinggi ( 14 trilliun USD ) , perusahaan credit rating agency mengancam akan menurunkan credit rating amerika, yg telah bertahan sejak thn 1917. Begitu pula di Eropa beberapa negara eropa yg terlilit hutang terancam diturunkan pula credit rating nya.
Dampak lanjutan nya, mata uang US Dollar dan Euro akan turun nilainya. Pada sisi lain harga komoditas akan naik, mulai dari emas, minyak sampai bahan pangan yg memang beberapa tahun belakangan ini naik, antara lain karena terjadi kekurangan pasokan. Dampak di ujung nya, masyarakat miskin di negara2 berkembang yang akan terkena dampak berat nya, kenaikan harga barang2 kebutuhan pokok dan disisi lain berkurangnya penghasilan , karena turun nya nilai mata uang. Kalau dipikir2 seperti tak berhubungan antara kejadian diturunkan nya credit rating negara2 maju tsb, dengan bertambah susahnya kehidupan org2 miskin, namun terbukti saat krisis financial yg lalu hal tsb berkaitan, dengan memahami teori chaos, kita jadi bisa mengerti analogi kejadian tsb.
Ada 2 hal menarik, dari kisah financial global saat ini, yaitu kembalinya Emas sebagai kekuatan penentu nilai dan credit rating agency, sebagai sebuah kekuatan super power dunia baru.
US Dollar yg selama ini menjadi patokan nilai uang dunia, bersaing ketat dg emas, bagaikan adu lari, US Dollar seperti ter engah2 menghadapi laju emas. Emas yg telah sejak lama menjadi patokan nilai tukar barang, terbukti tetap lebih diakui ketangguhan nya. Saat ini kekuatan financial sebuah Negara, mulai dilihat berapa banyak cadangan emas yg dimiliki nya, bukan lagi berapa banyak devisa US Dollar nya, sebagaimana yg selama ini jadi patokan.
Sudah sejak lama emas jadi patokan nilai asset, jadi teringat dg emas di monas ( Monumen Nasional ) Jakarta, sumbangan dari pengusaha Aceh, Teuku Markam. Nampaknya bung Karno, punya visi besar yg jauh ke masa depan, bagaimana negara menjaga asset nya, cerita guyonan bang midun tukang ojeg langganan, saya, ia bilang,  kalau betawi sampai bangkrut, lumayan deh, itu emas di monas masih bisa digadaikan..he..he.he. Di India, ada sebuah kuil tua yg ternyata di dalam  tempat simpanan persembahan nya, terdapat emas dan perhiasan sampai senilai billions USD, sehingga jadi kuil terkaya di dunia saat ini.
US Dollar pun awalnya dicetak dg berdasarkan cadangan emas negara Amerika, tapi kemudian hal tsb dirubah, pemerintah Amerika mencetak mata uang US Dollar, tanpa acuan pada emas lagi, nampaknya kondisi saat ini dimana nilai USD turun terhadap emas, adalah mencapai keseimbangan baru, bahwa emas kembali menjadi patokan dalam mata uang dunia
Cerita lain dari krisis financial saat ini, ialah mengenai lembaga yg seolah menjadi super power dunia yg baru, Credit rating agency, perusahaan penilai tingka resiko kredit. Perusahaan tsb melakukan penilaian resiko dari pinjaman pada perusahaan atau negara. Makin dipercaya sebuah lembaga utk diberi pinjaman, maka rating nya akan tinggi dan interest pinjaman akan rendah, begitu pula sebaliknya, peminjam yg tak dipercaya, kemungkinan besar susah membayar hutang nya akan diturunkan credit rating nya, tinggi bunga pinjaman nya. Negara Amerika yg selama ini dikenal mengeluarkan surat utang negara dg tingkat pengembalian yg tinggi, resiko rendah, sehingga diberi rating tertinggi, AAA.
Namun dalam kondisi financial saat ini, dimana hutang negara amerika sampai sebesar 14 trilliun USD, dan awal agustus 2011 , harus diputuskan apakah pemerintah nya akan meningkatkan batas plafon pinjaman negara, timbul keraguan, sehingga tingkat resiko pinjaman pun naik, Credit rating agency mengancam akan menurunkan tingkat rating negara Amerika yg telah bertahan sejak tahun 1917. Menghadapi hal tersebut pemerintah amerika khawatir juga, karena dampaknya yg cukup besar, utamanya menurun nya nilai mata uang US Dollar. Sebelumnya credit rating agency juga telah menurunkan rating pada beberapa negara eropa yg terlilit hutang besar, Yunani, Portugal, Cyprus dll. Bila credit rating diturunkan, berarti meningkat resiko mencari pinjaman baru, bunga pinjaman nya makin tinggi untuk mencari pinjaman baru menutup deficit negara. Dampak nya nilai mata uang nya turun dan terjadi krisis financial di negara bersangkutan. Hal yg sama terjadi pada pemerintah Dubai di tahun 2009, saat krisis financial melanda Dubai.
Susah untuk dimengerti, ternyata negara2 maju pun bisa terjebak hutang, dan menghadapinya pakai pola tradisional ; gali lubang , utk tutup lubang, cari hutang baru, utk tutup hutang lama. Dalam kondisi tersebut, Credit rating agency bagai telah menjadi sebuah kekuatan dunia baru, sampai negara super power seperti amerika dan negara2 maju di eropa, khawatir karena nya. Sungguh aneh, ada sebuah lembaga yg begitu perkasa saat ini.
Saat ini ada 3 Credit rating agency besar dunia; Standard & Poor ( S&P ) , Moody & Fitch rating. Negara2 eropa menganggap lembaga2 tersebut melakukan praktek Oligopoly dan berencana untuk membuat credit rating agency tersendiri. Kalau ditelusuri lebih jauh, credit rating agency tersebut, adalah perpanjangan tangan dari pemilik modal / kapitalis, karena mereka memberikan penilaian utk pihak yg akan memberikan pinjaman. Dalam kondisi saat ini, dimana banyak negara dibangun dg hutang/pinjaman, maka sebenarnya kapitalis telah menjadi kekuatan yg besar, karena bisa mempengaruhi kekuasaan sebuah negara.
Kalau kita baca sejarah, sejak dulu para pemegang modal/ kapitalis begitu besar peran politik nya. Tahun 1815, saat kerajaan Inggris dalam peperangan memperluas kekuasaan nya, negara kekurangan dana pula dan Rotschild, seorang  pengusaha kaya yahudi lah yg membantu pendanaan perang inggris saat itu. Dan sesuai logika modal, ada imbal balik jasa dari bantuan keuangan tersebut, kelak di kemudian hari.
Kalau membaca sejarah, dengan kuatnya kekuasaan kapitalis dunia melalui tangan credit rating agency tsb,  nampaknya ada pertaruhan financial dan politik tingkat dunia yg akan berlaku lagi, sebuah pertaruhan besar, entahlah apa itu ?
Pada sisi lain dengan menguatnya emas saat ini, nampaknya emas akan kembali menjadi patokan mata uang dunia. Standard emas bisa sebuah menjadi kekuatan besar yang bisa mengakhiri kungkungan system kapitalis. Marilah kita mulai galak kan kembali system standar emas yg telah lama menjadi standard dunia.
mungkin seperti membingungkan dan terlalu jauh, menyimak dongeng financial dunia tsb, spt teori chaos, susah dimengerti, di abaikan, tapi suatu saat kelak, kita sendiri akan menerima dampaknya.
Indonesia sendiri, sebenarnya dalam kondisi di atas angin saat ini, karena rupiah menguat terhadap US dollar. Tapi lama kelamaan akan kena dampak juga, karena kuatnya ketergantungan thd barang import. Salah satu dampak nyata dari menurun nya nilai US dollar, ialah cerita dari teman2 pekerja Indonesia di luar negeri yg dibayar dg standard US Dollar, betapa nilai gaji mereka menurun, misal kalau di bandingkan nilai dg rupiah
Saya hanya jadi teringat kembali dg lagu lama dari Rhoma Irama, yg kaya makin kaya, yg miskin makin miskin. Orang kaya yg punya banyak informasi, sadar dg gejala financial dunia tersebut,  akan menginvestasikan asset kekayaan nya pada emas dan property ( tanah/bangunan) yg nilainya akan stabil saat nilai mata uang turun. Kalangan menengah yg punya tabungan pas2an akan merasakan betapa nilai simpanan deposito di bank, akan terus menurun nilai nya. Orang yg miskin yg penghasilan nya pas2an dan tak punya tabungan, akan tambah susah hidupnya karena, harga2 barang tambah naik, tapi penghasilanya turun ( gaji sih tetap, tapi karena nilai uang turun, hakikatnya ia jadi tambah miskin )
Jadi teringat, betul juga, pola konservatif orang2 tua kita dulu, menyimpan asset nya dalam bentuk emas dan tanah, yg terbukti lebih kuat menghadapi gejolak finansial.
demikian lah sekedar cerita ringan dari dunia keuangan yg sebenarnya tak begitu saya fahami, tapi jadi menarik untuk mempelajarinya nya setelah mengamati betapa dampaknya mengalir jauh ke mana2, semoga bermanfaat  ( by hdmessa)

0 komentar:

Posting Komentar