Senin, 14 November 2011

Awan Penghalang Pemahaman




Di suatu malam yang suntuk, ada beberapa bapak muda dengan wajah lesu dan layu menunggui istrinya melahirkan. Dalam suasana sepi penuh penantian, tiba-tiba keluar dari pintu seorang dokter dengan senyum gembira. Sambil menyalami seorang bapak, dokter ini berucap: “Selamat, anak Anda kembar dua.” Seperti sudah tahu sebelumnya, bapak tadi berucap datar: “Saya sudah tahu dokter, karena telah lama saya bekerja di dua kelinci.”

Empat puluh lima menit kemudian, dokter yang sama keluar lagi lengkap dengan senyumnya yang khas. Kali ini yang disalami seorang bapak yang lain: “Anda hebat, anak Anda kembar tiga.” Mirip dengan bapak tadi, ia pun hanya berucap datar: “Saya juga sudah ramalkan dokter, karena sejak dulu saya bekerja di tiga roda.”

Satu jam setelah kejadian terakhir, keluar lagi dokter yang peramah ini. Kali ini ia senyum penuh keheranan. Sambil menyalami bapak yang lain, ia berucap kagum: “Anda paling hebat, anak Anda kembar empat!” Tanpa ada tanda-tanda kejadian ini disutradarai manusia, bapak yang memiliki anak kembar empat ini juga hanya menjawab biasa-biasa saja: “Saya sudah duga dari dulu dokter, karena saya bekerja di empat sekawan.”

Setelah mendengar dialog antara dokter dengan suami-suami pasien ini, tiba-tiba saja seorang bapak jatuh pingsan. Dan repotlah semua pihak dibuatnya. Setelah tidak sadarkan diri selama dua jam, dan membuat banyak orang khawatir, tiba-tiba ia sadar dan langsung bertanya pada dokter: “Nasib istri saya bagaimana dokter, sebab saya bekerja lama di Auto 2000?”.

Nah, sebelum tertawa disamakan dengan kegiatan teroris, karena akhir-akhir ini banyak penguasa amat takut sama teroris, sebaiknya Anda tertawalah sebanyak-banyaknya. Lebih banyak Anda tertawa lebih bagus. Terutama menertawakan kedunguan pikiran sebagai jembatan pemahaman. Berbeda dengan jembatan yang sebenarnya yang menyeberangkan siapa saja dari satu daratan ke daratan lain tanpa perlu melakukan pemerkosaan, pikiran menyeberangkan manusia dari satu pengertian ke pengertian lain lengkap dengan pemerkosaannya.

Serupa dengan lelucon di atas, ada banyak sekali manusia yang pikiran dan mind-nya tidak menjadi jembatan pengertian, sebaliknya malah menjadi awan penghalang pengertian. Ada Amerika yang pengertiannya tentang Afghanistan menjadi demikian menyimpang, ada Osama yang pemahamannya tentang Amerika jauh panggang dari api. Dalam keseharian saya bertemu banyak sekali orang yang mata dan penglihatannya dibuat demikian kotor oleh mind dan pikiran.

Ketika tulisan ini dibuat, saya barusan habis dimaki-maki dan dibentak-bentak oleh seorang sahabat pengusaha yang sejarah hidupnya banyak sekali dipermainkan dan dikhianati orang. Sehingga kehadiran orang lain seperti saya, dipotret dengan kaca mata kecurigaan yang diproduksi pengalaman masa lalu. Dan saya pun tampil dengan potret penjahat di wajah mind demikian.

Dalam tataran pengertian ini, saya rindu sekali dengan J. Krishnamurti, penulis karya spektakuler dengan judul “Freedom From The Known“. Dimana tugas setiap orang yang menginginkan kejernihan dalam hidup adalah “to set him/herself totally and unconditionally free“. Membuat diri kita bebas secara total tanpa syarat dari segala keterkondisian.

Keterkondisian yang datang dari luar (pengetahuan, pengalaman, ideologi, agama, dll) lebih mudah untuk diseleksi dan dipilah-pilah, karena memang ia berasal dan berada di luar. Akan tetapi, keterkondisian yang datang dari dalam seperti keyakinan dan kepercayaan, ia lebih bahaya dari sekadar musuh dalam selimut. Keterkondisian dari luar mirip dengan tamu yang datang berkunjung, dan kalau kita tidak suka tinggal menutup pintu rumah kehidupan rapat-rapat. Tetapi keyakinan dan kepercayaan kita sendiri, ia adalah pemilik rumah kehidupan itu sendiri. Disamping berada di dalam rumah, sulit dibayangkan kita bisa mengusir pemilik rumah dari rumahnya sendiri.

Di satu kesempatan, Krishnamurti pernah berucap: “It is words, explanations, memories, that clouds the understanding of the fact“. Kata-kata, penjelasan, ingatan adalah rangkaian awan yang bisa menutupi pengertian. Dan lebih berbahaya lagi, ada tidak sedikit orang yang mengidentikkan pengertiannya dengan awan-awan penghalang tadi.

Dalam pengalaman saya berinteraksi dengan orang yang memorinya penuh dengan kecurigaan, setiap kata dan penjelasan selalu -sekali lagi selalu - dikaitkan dengan memori masa lalu yang diyakininya. Sebagai akibatnya, setiap usaha untuk melihat kejadian dan orang baru, selalu dihalangi oleh memori masa lalu. Lebih dari itu, maka kejadian dan orang baru pun terlihat persis sama dengan kejadian dan orang kemarin dulu.

Kalau saja semua orang seperti ini, saya, Anda dan semua orang kualitas penglihatannya lebih buruk dari kualitas penglihatan orang-orang buta. Pengetahuan, kearifan, kebijaksanaan, ideologi dan bahkan agama sekalipun, lewat begitu saja di depan mata tanpa sempat kita selami pada kedalaman-kedalaman pengertian yang penuh keheningan.

Oleh karena alasan itulah, telah lama saya terbang di dunia pengertian melalui dua sayap: hening dan ikhlas. Jangankan dipecat, mati pun ikhlas. Keduanya tidak memerlukan kata-kata, penjelasan apa lagi memori. Mirip dengan sudah sampai di ketinggian, agar tetap bisa tinggal di sana, tugas kita sekarang adalah menendang tangga-tangga yang membawa kita sampai di sini. Termasuk menendang tulisan yang tidak menarik ini!

Sumber: Gede Prama

0 komentar:

Posting Komentar