Selasa, 29 Mei 2012

Dengan Apa Memperbaiki Kelemahan?

oleh Mashadi


Jiwa manusia terdapat kelemahan yang pada dasarnya merupakan hasil timbunan dari berbagai macam syahwat (keinginan) hawa nafsu. Timbunan berbagai macam syahwat itu, terus bertambah, searah perjalanan kehidupan manusia.

Jarang manusia yang mampu menghadapi dan memenangkan pertarungan dalam dirinya menghadapi dorong syahwat. Manusia seringkali kalah berperang melawan syahwat.

Kelalaian, kealpaan, keinginan-keinginan keindahan, serta rayuan syaitan senantiasa mengusiknya. Seperti firman-Nya :

يُرِيدُ اللّهُ أَن يُخَفِّفَ عَنكُمْ وَخُلِقَ الإِنسَانُ ضَعِيفًا ﴿٢٨﴾

"Allah menghendaki untuk memberikan keringanan kepada kamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah."(QS. An-Nisaa' [4] : 28)

وَلَقَدْ عَهِدْنَا إِلَى آدَمَ مِن قَبْلُ فَنَسِيَ وَلَمْ نَجِدْ لَهُ عَزْمًا ﴿١١٥﴾

"Dan sesungguhnya telah Kami perintahkan kepada Adam dahulu, maka ia lupa (akan perintah itu), dan tidak Kami dapati padanya kemauan yang kuat."(QS. Thaha [20] : 115)

Terkadang manusia begitu lemah, tak berdaya, dan sangat toleran menghadapi keinginan syahwat nafsunya. Karena mata mereka telah terbelenggu oleh syahwat, sehingga hal-hal yang dilarang dan diharamkan oleh Allah Azza Wa Jalla menjadi indah, sangat indah, dan menggiurkan. Memaksa manusia menyerah dengan keinginan dan kehendak nafsu syahwatnya.

Sangat tidak menyadari manusia ketika berbuat zalim, maksiat, menyeleweng, durhaka, dan melakukan dosa-dosa besar, karena mata, hati dan pikiran mereka sudah tertutup oleh syahwat, dan segala bentuk kezaliman menjadi indah, dan menikmatinya. Mereka tidak pernah mengira, bahwa diri mereka sudah berada di lembah dosa, dan bergelimang dengan maksiat. Semua terasa nikmat. Semua terasa indah.

Karena segala kezaliman, kesesatan, kemaksiatan, dosa, dan durhaka menjadi indah bagi manusia. Manusia tidak pernah menyadari, bahwa ujian yang diberikan oleh Allah Azza Wa Jalla itu, agar menyadarkan mereka untuk kembali ke jalan-Nya. Tetapi, justeru manusia semakin jauh dari jalan-Nya.

Kemuliaan bagi manusia hanya akan dapat diraihnya, manakala manusia memiliki kekuatan melawan segala bentuk hawa nafsu, yang selalu timbul setiap hari menggoda dan mempengaruhi jiwanya. Jiwa yang menang dan berharga, hanyalah mereka yang menang dalam menghadapi syahwat yang menggelora. Setiap manusia harus menjadi pejuang terhadap dirinya sendiri, sebelum menjadi pejuang dan penegak bagi agama-Nya, melalui cara melawan segala makar yang timbul dari syahwat hawa nafsunya.

Tidak mungkin manusia akan menjadi penegak dan pejuang yang gagah mulia bagi agama-Nya, selama ia tidak mampu mengalahkan syahwat nafsunya.

Mereka yang berbicara kebenaran, keadilan, kejujuran, dan semua nilai-nilai agama yang luhur, dan bisa lebih banyak berbicara dengan segala kemampuannya, tetapi mereka banyak pula yang menjadi hina, karena dikalahkan hawa nafsunya.

Mereka yang tidak mampu menegakkan al-haq, dan tidak berani pula menegaskan tentang jati dirinya, sebagai seorang mukmin, karena saat bersamaan ia dikalahkan oleh syahwatnya.

Manusia yang terlalu mencintai keindahan dunia, hakekatnya merupakan manusia yang tertipu oleh setan, melalui naluri syahwat mereka. Mereka berbondong-bondong mengikuti parade kesesatan dan kezaliman serta kedurhakaan, tetapi manusia menganggapnya sebagai kemenangan dari perjalanan hidupnya.

Tidak mungkin sapu yang kotor dapat menjadi pembersih kotoran kehidupan. Tidak mungkin mereka akan menjadi penegak agama Allah Azza Wa Jalla, bila mereka hanyalah kumpulan orang-orang yang sudah dikalahkan oleh syahwat dan hawa nafsunya. Inilah realitas kehidupan sekarang ini.

Manusia harus memiliki kekuatan yang akan mengantarkan diri mereka kepada kemuliaan, kekuatan menaklukkan syahwat hawa nafsunya. Manusia yang akan dapat selamat dan berharga hidupnya, mereka yang hanya mengikuti manhaj al-Qur'an, dan mereka yang selalu beritiba' (mengkuti) Sunnahnya. Mereka yang berjalan lurus sesuai dengan arahan-Nya.

Hanya dengan jalan ibadah yang mengarahkan seluruh jiwanya kepada Allah Rabbul Alamin, mencintai-Nya dengan tulus, tanpa suatu keinginan sekecil apapun, yang menjadi bentuk cinta kepada-Nya, kecuali hanya ingin mendapatkan ridha-Nya. Tidak berlaku sombong di muka bumi.

Manusia-manusia yang sudah menempuh jalan-Nya, tak pernah lagi memikirkan selain dari-Nya, yang akan memberikan kebahagiaan dan kemuliaan, saat bertemu dengan-Nya di akhirat nanti. Manusia-manusia yang sudah mengalahkan syahwat dan naluri nafsunya, yang saatnya nanti akan menjadi orang-orang yang menang. Mereka berjalan di muka bumi dengan penuh taat, tunduk, patuh, dan tidak lagi berbuat zalim, serta berlaku sombong, dan menjauhi sifat-sifat keji.

Firman-Nya:

وَلَا تُصَعِّرْ خَدَّكَ لِلنَّاسِ وَلَا تَمْشِ فِي الْأَرْضِ مَرَحًا إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ كُلَّ مُخْتَالٍ فَخُورٍ ﴿١٨﴾وَاقْصِدْ فِي مَشْيِكَ وَاغْضُضْ مِن صَوْتِكَ إِنَّ أَنكَرَ الْأَصْوَاتِ لَصَوْتُ الْحَمِيرِ ﴿١٩﴾

"Dan janganlah kamu memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah kamu berjalan dimuka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lgi membanggakan diri. Dan sederhanalah kamu dalam berjalan dan lunakkanlah suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara ialah suara keledai."(QS. Lukman [31] : 18-19)

وَلاَ تَمْشِ فِي الأَرْضِ مَرَحًا إِنَّكَ لَن تَخْرِقَ الأَرْضَ وَلَن تَبْلُغَ الْجِبَالَ طُولاً ﴿٣٧﴾

"Dan janganlah kamu berjalan di muka bumi ini dengan sombong, karena sesungguhnya kamu sekali-kali tidak dapat menembus bumi dan sekali-kali kamu tidak akan sampai setinggi gunung."(QS. al-Isra [17] : 37)

Sabda Rasulullah Shallahu alaihi wassalam:

"Siapakah orang yang kalian anggap kuat diantara kalian?" Kami (para shahabat) menjawab : "Yaitu yang tidak dapat dikalahkan oleh orang-orang". Rasulullah menjawab :"Bukan itu. Tetapi, yang mampu mengendalikan hawa nafsunya saat marah". (HR. Muslim)

Beliau juga bersabda:

"Orang kuat bukanlah yang hebat dalam berkelahi, tetapi yang mampu mengendalikan hawa nafsu ketika marah."(HR. Bukhari dan Muslim)

Sikap memuja hawa nafsu, sombong, takabbur, riya, ghurur, dan jenis-jenis sifat lainya yang merusak itu, hanyalah dapat dipupus dengan ibadah kepada Allah Azza Wa Jalla. Ibadah menyatukan seluruh potensi diri dan menghadapkan dirinya hanya kepada Allah Rabbul Alamin, sebagai jalan yang dapat mengalahkan syahwat dan hawa nafsu.

Kemenangan tak bakal dapat diraih orang-orang mukmin, selamanya, manakala ia masih dibawah bayang-bayang, dan dominasi syahwat dan nafsu. Jiwa-jiwa orang-orang mukmin, yang masih mendua, tidak mungkin akan memperoleh pertolongan-Nya. Orang-orang mukmin tidak mungkin akan keluar dari kegelapan, bila masih tergores dengan sisa-sisa jahiliyah.

Setan tidak akan pernah berhenti mengajak dan menyesatkan manusia mukmin, agar berpaling dari jalan-Nya. Karena itu, orang-orang mukmin harus memisahkan diri mereka secara total dari kehidupan jahiliyah hari ini, dan mengalahkan hawa nafsu dan syahwat, yang terus-menerus mendera diri mereka. Semuanya hanya dengan keimanan.

Orang-orang mukmin bila ingin selamat, hanya menjadikan al-Qur'an sebagai do'a, yang tak pernah henti-hentinya. Pagi, siang dan malam. Dengan terus menerus membaca al-Qur'an itu, berarti meneguhkan diri mereka hanya kepada Allah Rabbul Alamin. Tidak ada musibah dan penderitaan, kecuali hanya mengadu kepada Allah Azza Wa Jalla. Tidak ada yang layak disembah dan dimintai pertolongan kecuali Rabbul Alamin.

Orang-orang mukmin senantiasa memohon kepada Allah. Bagi mereka permohonan itu, menjadi bukti ketaatan dan ketundukkannya. Sementara sikapnya kepada Rasul shallahu alaihi wassalam, yang selalu mengikuti dan menteladaninya, menjadi bukti seluruh ibadahnya, benar-benar menjadi bukti dirinya sebagai orang mukmin, yang berbakti, dan bertaqwa. Dirinya benar-benar bersih dari segala noda, dan bisikan setan, yang ingin menyesatkannya.

Nibiulllah Ibrahim alaihissalam pun memohon segala sesuatu kepada Rabbul Alamin, baik yang berkenaan dengan hidup maupun sesudah kematiannya:

الَّذِي خَلَقَنِي فَهُوَ يَهْدِينِ ﴿٧٨﴾ وَالَّذِي هُوَ يُطْعِمُنِي وَيَسْقِينِ ﴿٧٩﴾ وَإِذَا مَرِضْتُ فَهُوَ يَشْفِينِ ﴿٨٠﴾ وَالَّذِي يُمِيتُنِي ثُمَّ يُحْيِينِ ﴿٨١﴾ وَالَّذِي أَطْمَعُ أَن يَغْفِرَ لِي خَطِيئَتِي يَوْمَ الدِّينِ ﴿٨٢﴾ رَبِّ هَبْ لِي حُكْمًا وَأَلْحِقْنِي بِالصَّالِحِينَ ﴿٨٣﴾ وَاجْعَل لِّي لِسَانَ صِدْقٍ فِي الْآخِرِينَ ﴿٨٤﴾ وَاجْعَلْنِي مِن وَرَثَةِ جَنَّةِ النَّعِيمِ ﴿٨٥﴾ وَاغْفِرْ لِأَبِي إِنَّهُ كَانَ مِنَ الضَّالِّينَ ﴿٨٦﴾ وَلَا تُخْزِنِي يَوْمَ يُبْعَثُونَ ﴿٨٧﴾ يَوْمَ لَا يَنفَعُ مَالٌ وَلَا بَنُونَ ﴿٨٨﴾ إِلَّا مَنْ أَتَى اللَّهَ بِقَلْبٍ سَلِيمٍ ﴿٨٩﴾

"(Yaitu Tuhan) Yang telah menciptakan aku, maka Dialah Yang menunjuki aku, dan Tuhanku, Yang Dia memberi makan dan minum kepadaku, dan apabila aku sakit, Dialah yang menyembuhkan aku, dan Yang akan mematikan aku, kemudian akan menghidupkan aku (kembali), dan Yang amat kuinginkan akan mengampuni kesalahanku pada hari kiamat. (Ibrahim berdo'a) : Wahai Rabbi, berikanlah aku hikmah dan masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang shalih, dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian, dan jadikanlah aku termasuk orang-orang yang mempusakai surga yang penuh kenikmatan, dan ampunilah bapaku, karena sesungguhnya ia adalah termasuk golongan orang-orang yang sesat, dan janganlah Engkau hinakan aku pda hari mereka dibangkitka, (yaitu) pada hari di mana harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih."(QS. Asy-Syuura [26] : 78-89)

Do'a adalah inti dalam ibadah, sebagaimana dinyatakan oleh Rasulullah shallahu alaihi wassalam. Al-Qur'an memerintahkan agar kita ber do'a dengan ikhlas kepada Allah Rabbul Alamin.

Do'a adalah buah dari ma'rifah dan keimanan kepada manhaj dan fikrah al-Qur'an. Do'a merupakan perasaan terdalam dari kehambaan, kefakiran, dan kebutuhan seseorang kepada Allah Ta'ala. Do'a juga memberikan jaminan pada jiwa yang lalai, jiwa dari hakikat penghambaan.

Berdoalah selalu agar terjauh dari segala bujukan syahwat dan nafsu yang akan memupus kehidupan menjadi hina. Wallahu'alam.

0 komentar:

Posting Komentar