Rabu, 28 September 2011

Kisah Tariq Bin Ziyad

Tariq bin Ziyad adalah panglima perang Islam dari dinasti Umayyah yang memimpin penaklukan muslim atas wilayah Spanyol, Portugal, Andorra, Gibraltar, dan sekitarnya. Tariq bin Ziyad dalam ilmu berperang tidak diragukan lagi dan juga dia adalah orang yang sangat ramah kepada orang tua maupun yang lebih mudah. Tindak tanduknya dalam dunia peperangan melawan musuh-musuhnya tidak pernah berakhir dengan kekalahan.

Dalam sejarah menyebutkan bahwa Tariq bin Ziyad merupakan budak Barbar yang juga mantan pembantu Musa bin Nusair. Tepatnya pada tanggal 29 April 711, pasukannya mendarat di Gibraltar dengan memimpin pasukan 12.000 anggota pasukan muslim. Setelah pendaratan usai, Tariq bin Ziyad memerintahkan pasukannya untuk membakar semua kapal yang tumpanginya. Kemudian Tariq bin Ziyad dengan kewibawaannya di hadapan para pasukan Islam berbicara untuk membangkitkan semangat jihad fisabilillah ”Kita datang ke sini tidak untuk kembali. Kita hanya punya pilihan, menaklukkan negeri ini dan menetap di sini, atau kita semua syahid.

Keberanian dan perkataannya yang luar biasa menggugah Iqbal, seorang penyair Persia, untuk menggubahnya dalam sebuah syair berjudul ”Piyam-i Mashriq”: “Tatkala Tariq membakar kapal-kapalnya di pantai Andalusia (Spanyol), Prajurit-prajurit mengatakan, tindakannya tidak bijaksana. Bagaimana bisa mereka kembali ke negeri Asal, dan perusakan peralatan adalah bertentangan dengan hukum Islam. Mendengar itu semua, Tariq menghunus pedangnya, dan menyatakan bahwa setiap negeri kepunyaan Allah adalah kampung halaman kita”.

Ucapan Tariq bin Ziyad dengan penuh semangat tersebut bagaikan cambuk yang melecut semangat prajurit muslim yang dipimpinnya. Bala tentara muslim yang berjumlah 12.000 orang maju melawan tentara Gotik yang berkekuatan 100.000 tentara. Pasukan Kristen jauh lebih unggul baik dalam jumlah maupun persenjataan. Namun semua itu tidak menciutkan hati pasukan muslim.

Tanggal 19 Juli tahun 711 Masehi, pasukan Islam dan Nasrani bertemu, keduanya berperang di dekat muara sungai Barbate. Pada pertempuran ini, Tariq bin Ziyad dan pasukannya berhasil melumpuhkan pasukan Gotik, hingga Raja Roderick tenggelam di sungai Barbate. Kemenangan Tariq bin Ziyad yang luar biasa ini, menjatuhkan semangat orang-orang Spanyol dan semenjak itu mereka tidak berani lagi menghadapi Pasukan Islam secara terbuka.

Dengan taktik dan strategi peperangan Tariq bin Ziyad, pertama-tama membagi pasukannya menjadi empat kelompok, dan menyebarkan mereka ke Kordoba, Malaga, dan Granada. Sedangkan dia sendiri bersama pasukan utamanya menuju ke Toledo, ibu Kota Spanyol. Semua kota-kota itu menyerah tanpa perlawanan berarti. Kecepatan gerak dan kehebatan pasukan Tariq bin Ziyad berhasil melumpuhkan orang-orang Gotik.

Rakyat Spanyol yang sekian lama tertekan akibat penjajahan bangsa Gotik di bawah raja yang lalim, rakyat Spanyol kemudian mengelu-elukan orang-orang Islam. Selain itu, perilaku Tariq bin Ziyad dan orang-orang Islam begitu mulia sehingga mereka disayangi oleh bangsa-bangsa yang ditaklukkannya.

Salah satu pertempuran paling seru lainnya adalah di Ecija, yang membawa kemenangan bagi pasukan Tariq bin Ziyad. Dalam pertempuran ini, Musa bin Nusair, atasannya, sang raja muda Islam di Afrika ikut bergabung dengannya.

Selanjutnya, kedua jenderal itu bergerak maju terus berdampingan dan dalam kurun waktu kurang dari 2 tahun seluruh dataran Spanyol jatuh ke tangan Islam. Kemudian beberapa tahun kemudian negara Portugis di taklukkan pula oleh Tariq bin Ziyad.


Ini merupakan perjuangan utama yang terakhir dan paling sensational bagi bangsa Arab itu sendiri dan membawa masuknya wilayah Eropa yang paling luas yang belum pernah mereka peroleh sebelumnya ke dalam kekuasaan Islam. Kecepatan pelaksanaan dan kesempurnaan keberhasilan operasi ke Spanyol ini telah mendapat tempat yang unik di dalam sejarah peperangan abad pertengahan.

Penaklukan Spanyol oleh orang-orang Islam mendorong timbulnya perubahan sosial di mana kebebasan beragama benar-benar diakui. Ke tidak toleran dalam beragama dan penganiayaan yang biasa dilakukan orang-orang Kristen, digantikan oleh toleransi yang tinggi dan kebaikan hati yang luar biasa.

Keadilan ditegakkan tanpa pandang bulu, sehingga jika tentara Islam yang melakukan kekerasan akan dikenakan hukuman berat. Tidak ada harta benda atau tanah milik rakyat yang disita. Kemudian orang-orang Islam memberikan aturan baru yang lebih manusiawi kepada rakyat Spanyol dengan sistem pajak. Orang-orang Kristen dibiarkan memiliki hakim sendiri untuk memutuskan perkara-perkara mereka. Semua komunitas mendapat kesempatan yang sama dalam pelayanan umum.

Di bawah pemerintahan Islam dengan kebaikan dan bijaksana dalam memerintah membawa efek yang luar biasa. Orang-orang Kristen termasuk para pendeta yang pada mulanya meninggalkan rumah mereka dalam keadaan ketakutan, kembali pulang dan menjalani hidup yang bahagia dan makmur. Sungguh Islam benar-benar sebagai rahmatal lil ‘alamin bagi rakyat Spanyol. Orang muslimin memperkenalkan obor pengetahuan dan peradaban, kecemerlangan dan keistimewaan kepada dunia Barat. Dan saat itu Eropa sedang dalam kondisi percekcokan dan kebodohan yang biadab.

Tariq bin Zyad masih mempunyai cita-cita untuk menaklukkan seluruh daerah Eropa di bawah panji Islam. Akan tetapi, cita-cita itu tidak terjadi manakala Tariq bin Ziyat mendapatkan panggilan oleh Khalifah Walid I untuk pergi ke Damaskus. Dengan disiplin dan kepatuhan tinggi, Tariq bin Ziyad memenuhi panggilan Khalifah dan berusaha tiba secepat mungkin di Damaskus. Tak lama kemudian, Tariq bin Ziyad di panggil oleh sang Khaliq di Damaskus.

Ada beberapa pelajaran yang dapat di petik dari kisah panglima pasukan Islam berkenaan dengan keputusannya untuk membakar perahunya.

1. Tariq bin Ziyad memberikan iktibar kepada kita sebagai umat Islam dalam mengarungi kehidupan ini, bila seseorang ingin memenangkan pertarungan dalam kehidupannya hendaknya jangan sekali-kali lari dari permasalahan yang dihadapinya. Ada pameo yang bergulir dalam khazanah kehidupan “Pelaut ulung tidak akan lahir di laut yang tenang”. “Orang-orang yang hebat tidak akan lahir dari sebuah situasi tanpa tantangan dan cobaan”.

2. Kita diajarkan oleh Tariq bin Ziyad untuk tidak silau dengan kesuksesan masa lalu, karena kesuksesan masa lalu belum tentu terjadi saat ini jika tidak dikemas dan dijaga dengan benar. Armada kapal yang ditumpangi Thoriq bin Ziyad dan pasukannya telah mampu mengantarkan mereka sampai di daratan Spanyol. Misi itu, adalah misi yang luar biasa. Sebab ketika itu alat transportasi belumlah secanggi sekarang. Ketika ’dunia’ yang dihadapi kemudian berubah menjadi daratan, Thoriq bin Ziyad tak terlena mengagumi kapal-kapal laut yang telah menyeberangkan mereka.

3. Singkirkan comfort zone. Bila kapal tetap ada, mental bertempur pasukan tentu akan lemah. Boleh jadi sebagian pasukan akan berpikir “Ah bila kita terdesak, kita bisa kembali ke negeri kita dengan kapal ini. Tenang saja” Dunia berubah sangat cepat. Tantangan yang kita hadapi juga makin kompleks. Bila kita tak ingin dilindas zaman, segeralah bakar kapal Anda. Lalu kemudian bertempurlah dengan cara kesatria.

0 komentar:

Posting Komentar